Happy birthday hilda...
Happy birthday hilda...
Happy birthday happy birthday happy birthday hildaaa....
Oke sebenernya telat banget buat ngomongin ulang tahun gue ya.
Karna ulang tahun gua jatuh tepat pada tanggal 22 Juli.
Ini ulang tahun gua yang ke 17.
Cieee yang udah 17 tahun...
Sayangnya, nothing special when I'm 17th
Ga tau kenapa. Yaaa mungkin ga ada orang yang peduli ama gua kali yaaaa
Entahlah, ga peduli juga gua
Yang jelas gua belom siap buat berumur 17th
Berasa tua banget gitu -_-
masih pengen jadi anak anak
masih pengen mudaaaaa
udah ah, curcol gua makin ga jelas
dan numpung belom semakin ga jelas
udahan dulu yaaa
(^Ő^)/
ŐĶĂŶ......!!!
Just Wanna To Share
hanya ingin berbagi cerita
Jumat, 27 Juli 2012
Senin, 09 Juli 2012
Cinta dikala gelap #part4
"Bi.." suaraku lirih
"Iya non, kenapa?" bibi menghampiriku, terasa oleh ku hembusan nafasnya. mungkin ia sedang sangat dekat dengan ku. entah lah, aku kan tidak bisa melihat.
"Tolong ambilin handphone ku dong bi."
"Ini non," bibi menyerahkan ponsel kepada ku. namun aku tak bergerak untuk mengambilnya.
"Tolong telponin Dion bi," bibi pun langsung mencari kontak Dion dalam handphone ku. Setelah ditemukannya, dia langsung memencet tombol dial. Saat nada sambung Dion terhubung, bibi segera menyerahkan handphone kepadaku.
"Makasih bi, bibi tolong keluar dulu ya." ku dengar suara langkah kaki bibi dan suara tutupan pintu.
"Hallo, Kira?" sapa seorang lelaki manis diseberang sana.
"Hallo Dion," tanya ku ragu. "Kamu bisa kerumahku sepulang sekolah nanti?"
"Maaf Kir, aku udah ada janji sama Clarissa nanti mau bantuin dia hunting buat lomba nanti. Maaf ya."
"Yaudah gapapa, maaf ya udah ganggu kamu." aku langsung menutup sambungan telepon. Aku merasakan cairan hangat mengalir dipipi ku. Tuhan, apakah firasat ku kali ini benar? Aku berdoa dalam hati. Semoga ini hanya prasangku saja.
"Non, non gapapa?" Bi Inah khawatir melihatku menangis. Aku hanya menjawab singkat bahwa aku tidak apa-apa. Dan menyuruhnya keluar kamar, karena aku ingin istirahat. Kini aku berbaring ditempat tidurku, kamarku. Entah apa yang ku tatap. Semuanya gelap. Namun aku masih bisa merasakan hangatnya air mataku yang mengalir terus menerus. Memikirkan segalanya, akan masa depanku yang begitu gelap, begitu juga akan hubungan ku dengan Dion.
Tak terasa, aku telah tertidur lama sekali. Aku dibangunkan oleh mama pada saat makan malam. Ia menyuapi ku, begitu sabar. Namun aku masih bisa mendengar isak tangisnya. Menangisi nasib anak perempuan satu-satunya yang ia miliki, tidak dapat melihat lagi.
"Maa, aku udah diberentiin dari sekolah kan ma?" tanyaku lirih, membuat mama mematung sesaat mendengar pertanyaan dari ku.
"Engga kok sayang, kok kamu ngomong begitu sih?" getaran suara mama begitu terasa oleh ku, tangannya yang lembut membelai halus rambutku.
"Aku aja udah ga bisa ngeliat mah, gimana aku bisa sekolah. Mama mau aku jadi bahan ejekan temen-temen aku karna aku buta?" nada suaraku agak meninggi, namun itulah yang kurasakan. Aku tak tau harus berbuat apa lagi, aku tak bisa melihat. Siapa pun akan melihatku dengan tatapan kasihan, aku tak mau dikasihani. Dan aku yakin, Clarissa pasti sedang merayakan keberhasilannya merebut Dion dariku. Dion pun takkan mau punya pacar buta seperti aku.
"Kamu ga boleh ngomong gitu, temen-temen kamu sayang sama kamu. Kamu ga akan diejek sama mereka kok sayang."
"Sahabat-sahabat aku mungkin iya, tapi orang-orang yang ga suka sama aku? Kan banyak maa."
"Secepatnya papa sama mama akan nemuin orang yang mau donorin mata buat kamu sayang" Kali ini mama memelukku erat, ia tak bisa lagi membendung rasa sakitnya, tangisannya pecah.
"Kamu pasti bisa ngeliat lagi sayang." Mama mengecup keningku lembut.
"Iya non, kenapa?" bibi menghampiriku, terasa oleh ku hembusan nafasnya. mungkin ia sedang sangat dekat dengan ku. entah lah, aku kan tidak bisa melihat.
"Tolong ambilin handphone ku dong bi."
"Ini non," bibi menyerahkan ponsel kepada ku. namun aku tak bergerak untuk mengambilnya.
"Tolong telponin Dion bi," bibi pun langsung mencari kontak Dion dalam handphone ku. Setelah ditemukannya, dia langsung memencet tombol dial. Saat nada sambung Dion terhubung, bibi segera menyerahkan handphone kepadaku.
"Makasih bi, bibi tolong keluar dulu ya." ku dengar suara langkah kaki bibi dan suara tutupan pintu.
"Hallo, Kira?" sapa seorang lelaki manis diseberang sana.
"Hallo Dion," tanya ku ragu. "Kamu bisa kerumahku sepulang sekolah nanti?"
"Maaf Kir, aku udah ada janji sama Clarissa nanti mau bantuin dia hunting buat lomba nanti. Maaf ya."
"Yaudah gapapa, maaf ya udah ganggu kamu." aku langsung menutup sambungan telepon. Aku merasakan cairan hangat mengalir dipipi ku. Tuhan, apakah firasat ku kali ini benar? Aku berdoa dalam hati. Semoga ini hanya prasangku saja.
"Non, non gapapa?" Bi Inah khawatir melihatku menangis. Aku hanya menjawab singkat bahwa aku tidak apa-apa. Dan menyuruhnya keluar kamar, karena aku ingin istirahat. Kini aku berbaring ditempat tidurku, kamarku. Entah apa yang ku tatap. Semuanya gelap. Namun aku masih bisa merasakan hangatnya air mataku yang mengalir terus menerus. Memikirkan segalanya, akan masa depanku yang begitu gelap, begitu juga akan hubungan ku dengan Dion.
Tak terasa, aku telah tertidur lama sekali. Aku dibangunkan oleh mama pada saat makan malam. Ia menyuapi ku, begitu sabar. Namun aku masih bisa mendengar isak tangisnya. Menangisi nasib anak perempuan satu-satunya yang ia miliki, tidak dapat melihat lagi.
"Maa, aku udah diberentiin dari sekolah kan ma?" tanyaku lirih, membuat mama mematung sesaat mendengar pertanyaan dari ku.
"Engga kok sayang, kok kamu ngomong begitu sih?" getaran suara mama begitu terasa oleh ku, tangannya yang lembut membelai halus rambutku.
"Aku aja udah ga bisa ngeliat mah, gimana aku bisa sekolah. Mama mau aku jadi bahan ejekan temen-temen aku karna aku buta?" nada suaraku agak meninggi, namun itulah yang kurasakan. Aku tak tau harus berbuat apa lagi, aku tak bisa melihat. Siapa pun akan melihatku dengan tatapan kasihan, aku tak mau dikasihani. Dan aku yakin, Clarissa pasti sedang merayakan keberhasilannya merebut Dion dariku. Dion pun takkan mau punya pacar buta seperti aku.
"Kamu ga boleh ngomong gitu, temen-temen kamu sayang sama kamu. Kamu ga akan diejek sama mereka kok sayang."
"Sahabat-sahabat aku mungkin iya, tapi orang-orang yang ga suka sama aku? Kan banyak maa."
"Secepatnya papa sama mama akan nemuin orang yang mau donorin mata buat kamu sayang" Kali ini mama memelukku erat, ia tak bisa lagi membendung rasa sakitnya, tangisannya pecah.
"Kamu pasti bisa ngeliat lagi sayang." Mama mengecup keningku lembut.
❁◕ ‿ ◕❁
"Hai Kir, lo baik baik aja kan?" Sapa ku lembut, ku sentuh halus rambutnya.
"Menurut lo gue baik dengan mata ga bisa liat? Hahaha" ironi mendengar tertawanya yang begitu menyakitkan.
"Nih, gue bawain kesukaan lo." ku berikan permen lolipop fantasy berukuran besar untuknya. Permen kesukaannya. Dulu aku selalu melarangnya untuk membeli permen yang berukuran besar. Namun tidak untuk kali ini. Mungkin ini bisa menghiburnya.
"Makasi Iaa, lo tau aja apa yang gue butuh." akhirnya ia tersenyum, senyum pertama semenjak ia tak bisa melihat. Tangannya menggapai udara, kupeluk ia erat.
"Eeeem, Ra, lo udah putus sama Dion?" tanyaku hati-hati. Takut menyinggung perasaannya.
"Belom, kenapa? Dia udah jadian sama Clarissa ya?"
"Eeem, ga tau sih ra, tapi gue liat, si Clarissa nempelin Dion terus. Maaf ya ra, ga seharusnya gue ngomong gini." Aku merasa sangat bersalah sudah mengatakan ini padanya. Namun aku tak bisa terus membohonginya.
"Kenapa lo harus minta maaf sama gue? Dari awal juga gue tau, semuanya bakal kayak gini. Dion bakal ninggalin gue karna gue buta. Pasti semua orang disekolah juga tau kan kalo gue buta."
"Kok lo bisa tau sih ra?"
"Dia aja ga pernah jenguk gue dari semenjak gue dirumah sakit. Dia aja jalan terus sama Clarissa."
Ucapannya begitu menusuk hatiku. Tega banget si Dion ninggalin Kira gitu aja disaat Kira lagi kayak gini. Dulu ngejar ngejar, sekarang giliran susah dia buang gitu aja. Aku ga bisa tinggal diam, aku akan bikin perhitungan sama Dion.
Rabu, 20 Juni 2012
Promise
kali ini aku berjanji
dan takkan aku ingkari
hari ini aku ucapkan kepada dirimu
hari ini dan seterusnya aku takkan lagi mengganggu
mengganggu dirimu dengan dirinya
tapi biarkanlah aku memendam rasa
rasa yang tulus yang pernah kurasakan
namun semakin lama terasa menyakitkan
pernahkah kau merasakan
apa yang ku rasakan?
sakitnya saat kau acuhkan aku
sakitnya saat kau abaikan aku
namun kini semua takkan lagi berarti
tak perduli apa yang akan kau lakukan lagi
aku akan mencoba untuk melupakan segalanya
segala yang berhubungan dengan kau dan dia
ingin aku enyahkan kamu dalam hatiku
namun itu terasa sangat sulit bagiku
tapi setiap kali aku bersikap seperti itu
semakin yakin aku bisa enyahkan kamu
dalam setiap mimpi malam ku
dalam setiap hari indah ku
dalam setiap memori otak ku
dalam setiap sudut dalam hati ku
dan takkan aku ingkari
hari ini aku ucapkan kepada dirimu
hari ini dan seterusnya aku takkan lagi mengganggu
mengganggu dirimu dengan dirinya
tapi biarkanlah aku memendam rasa
rasa yang tulus yang pernah kurasakan
namun semakin lama terasa menyakitkan
pernahkah kau merasakan
apa yang ku rasakan?
sakitnya saat kau acuhkan aku
sakitnya saat kau abaikan aku
namun kini semua takkan lagi berarti
tak perduli apa yang akan kau lakukan lagi
aku akan mencoba untuk melupakan segalanya
segala yang berhubungan dengan kau dan dia
ingin aku enyahkan kamu dalam hatiku
namun itu terasa sangat sulit bagiku
tapi setiap kali aku bersikap seperti itu
semakin yakin aku bisa enyahkan kamu
dalam setiap mimpi malam ku
dalam setiap hari indah ku
dalam setiap memori otak ku
dalam setiap sudut dalam hati ku
Jumat, 15 Juni 2012
Ello - Andai Selamanya
andai..
kita masih bersama
pasti kau kan terus terluka
sungguh, sungguh aku sesali
karena kini kau tlah pergi
kasih..
beri aku kesempatan
untuk, tuk mencintaimu lagi
ingin, ingin ku bisa memutar waktu
dan mengulang kisah kita
hampanya..
hidupku tanpa hidupmu
maafkan lah aku
caci diriku
luapkan saja semua
asal kau bahagia
ini janji ku
janji setia ku
cinta ku untuk mu selamanya
inilah aku
ampuni aku
jangan kau melihat kesalahanku
maafkan lah aku
caci diriku
luapkan saja semua
asalkan kau bahagia
ini janjiku
janji setia ku
cinta ku untukmu selamanya
cinta ku untuk mu..
selamanya..
selamanya..
selamanya..
selamanya..
Download lagu Ello - Andai Selamanya
kita masih bersama
pasti kau kan terus terluka
sungguh, sungguh aku sesali
karena kini kau tlah pergi
kasih..
beri aku kesempatan
untuk, tuk mencintaimu lagi
ingin, ingin ku bisa memutar waktu
dan mengulang kisah kita
hampanya..
hidupku tanpa hidupmu
maafkan lah aku
caci diriku
luapkan saja semua
asal kau bahagia
ini janji ku
janji setia ku
cinta ku untuk mu selamanya
inilah aku
ampuni aku
jangan kau melihat kesalahanku
maafkan lah aku
caci diriku
luapkan saja semua
asalkan kau bahagia
ini janjiku
janji setia ku
cinta ku untukmu selamanya
cinta ku untuk mu..
selamanya..
selamanya..
selamanya..
selamanya..
Download lagu Ello - Andai Selamanya
Tangga - Usai
tak ku sesali
cinta yang kini kita miliki
yang ku sesali
mengapa kita harus mulai
mengapa tidak ada
akhir yang bahagia
mungkinkah.. huhuu
semakin ku ingkari
semakin ku sesali
tak bisa memilih
kita mesti
usai disini
didalam kesunyian
kau dan aku terdiam
bersiap untuk hadapi kenyataan
bahwa jalan terbaik bagi sebuah
hubungan tanpa ikatan adalah berpisah
usai segalanya disini
semua tak mungkin lagi ku beri
karna kau bukan cinta yang sungguh
jujur aku tak sanggup lagi
terus membohongi hati nurani
kita hanya sepasang manusia
yang salah memahami cinta
sempat ego bicara
pada pendirian kita
mencoba untuk memaksakan
dan acuhkan logika
bahwa meskipun cinta tak harus memiliki
namun jalinan cinta tetap perlu janji
usai segalanya disini
semua tak mungkin lagi ku beri
karna kau bukan cinta yang sungguh
jujur aku tak sanggup lagi
terus membohongi hati nurani
kita hanya sepasang manusia
yang salah memahami cinta
bersiap untuk hadapi kenyataan
bahwa jalan terbaik bagi sebuah
hubungan tanpa ikatan adalah berpisah
karena jalinan cinta tetap perlu janji
usai sampai disini
tak mungkin lagi ku beri padamu
cinta ku yang ternyata semu
jujur aku tak sanggup lagi
terus membohongi hati nurani
kita hanya sepasang manusia
yang salah memahami cinta
Download lagu Tangga - Usai disini
cinta yang kini kita miliki
yang ku sesali
mengapa kita harus mulai
mengapa tidak ada
akhir yang bahagia
mungkinkah.. huhuu
semakin ku ingkari
semakin ku sesali
tak bisa memilih
kita mesti
usai disini
didalam kesunyian
kau dan aku terdiam
bersiap untuk hadapi kenyataan
bahwa jalan terbaik bagi sebuah
hubungan tanpa ikatan adalah berpisah
usai segalanya disini
semua tak mungkin lagi ku beri
karna kau bukan cinta yang sungguh
jujur aku tak sanggup lagi
terus membohongi hati nurani
kita hanya sepasang manusia
yang salah memahami cinta
sempat ego bicara
pada pendirian kita
mencoba untuk memaksakan
dan acuhkan logika
bahwa meskipun cinta tak harus memiliki
namun jalinan cinta tetap perlu janji
usai segalanya disini
semua tak mungkin lagi ku beri
karna kau bukan cinta yang sungguh
jujur aku tak sanggup lagi
terus membohongi hati nurani
kita hanya sepasang manusia
yang salah memahami cinta
bersiap untuk hadapi kenyataan
bahwa jalan terbaik bagi sebuah
hubungan tanpa ikatan adalah berpisah
karena jalinan cinta tetap perlu janji
usai sampai disini
tak mungkin lagi ku beri padamu
cinta ku yang ternyata semu
jujur aku tak sanggup lagi
terus membohongi hati nurani
kita hanya sepasang manusia
yang salah memahami cinta
Download lagu Tangga - Usai disini
Eh..
hoho, lohaloha...
haha, maap ya blogers, kalo cerita Cinta dikala gelap rada ngaco. dan ga ada cinta cintaannya. Insya Allah bakal dibikin kook. masih dalam tahap ini..
jujur aja, ini cerita rada keder bikinnya.
kalo penasaran baca terus aja yaa.
jangan sampe ketinggalan disetiap part nya.
see you in the next post :) :*
haha, maap ya blogers, kalo cerita Cinta dikala gelap rada ngaco. dan ga ada cinta cintaannya. Insya Allah bakal dibikin kook. masih dalam tahap ini..
jujur aja, ini cerita rada keder bikinnya.
kalo penasaran baca terus aja yaa.
jangan sampe ketinggalan disetiap part nya.
see you in the next post :) :*
Cinta dikala gelap #part3
"Satu, dua, tiga." Deg, hatiku berdegub kencang, aku buka perlahan mataku, dan...
Aku buka mata ku perlahan. Sangat perlahan. Sekilas ku lihat cahaya, masih remang-remang memang. Semakin ku buka mata ku. Ku arahkan mata ku ke seluruh penjuru ruangan. Ah! Tuhan, terimakasih. Engkau mengabulkan doa ku. Ketakutanku hilang sudah. Mata ku sudah bisa melihat dengan jelas sekarang!
Setelah membuka perban mataku, mama mengajakku jalan-jalan ke salah satu mall. Mama mengajakku berbelanja. Menghilangkan segala kepenatanku selama seminggu hanya diam dikamar. Papa menyusulku di food court. Hari ini sungguh hari yang membahagiakan.
Kini setahun pun berlalu. Hari-hari indah yang penuh warna telah ku lewati. Kini pandangan ku tak lagi berwarna. Semua gelap. Ya, benar-benar gelap. Kemana pun aku memandang, semuanya gelap. Hitam.
"Dok.. kenapa sekarang anak saya tidak bisa melihat? Bukankah kecelakaan satu tahun yang lalu tidak membuat anak saya terluka parah? Jelaskan kepada saya dok.." racau Ibu Letta kepada sang dokter cantik. Dokter Nia, dokter yang dulu juga menangani anaknya.
"Begini bu, ternyata, karena senar biola yang cukup keras mengenai mata putri ibu, saya kira salah satu uratnya ada yang tergores. Maka dari itu mata Kira mengalami pendaharahan. Saya sudah memperingatkan, untuk melakukan check up selama 3bulan sekali. Tapi ternyata Kira tidak pernah melakukan check up. Hasil ronsen mengatakan bahwa urat bola mata Kira putus karena goresan itu. Kami tidak tahu bila itu berakibat sangat fatal. Hal ini akan dapat diantisipasi jika Kira melakukan check up. Kini, saya tidak bisa melakukan apa-apa selain pengoperasian." jelas dokter cantik muda itu panjang lebar. Ibu Letta hanya bisa menangis terisak melihat anaknya. Kini Kira menunggu diruang depan bersama bibi. Suami Ibu Letta mencoba menenangkannya. Putri semata wayangnya, yang menjadi harapannya, kini tak bisa melihat. Mereka hanya bisa meratapi nasib gadis nya itu. Bagaimana dengan masa depannya?
"Dok, kami akan lakukan apa saja demi anak kami bisa melihat lagi dok." ucap Pak Danniel, suami Ibu Letta, dan juga papa dari Kira.
"Untuk saat ini, kami harus menunggu ada yang mendonorkan mata. Bank mata tidak dapat kami harapkan, maka dari itu, kami harapkan bantuan dari Bapak Ibu untuk mencari donor mata untuk Kira. Maka kami dapat melakukan operasi secepatnya."
"Baiklah dok, terimakasih. Kami akan menghubungi dokter secepatnya." kata Pak Danniel sambil menjabat tangan dokter Nia. Ibu Letta masih tak bisa berhenti menangis. Air matanya terus tumpah. Putri kesayangannya harus mendapat cobaan seberat ini. Tuhan, bantu anakku.. ujarnya lirih dalam hati.
"Maa, mama kenapa nangis?" Kira yang mendengar papa dan mamanya keluar dari ruangan dokter dan suara mama yang terisak, ia berfikir, sesuatu yang sangat buruk pasti terjadi. Apakah mungkin aku takkan bisa melihat lagi?
"Mama ga kenapa-napa kok sayang, yuk kita pulang." ucap Ibu Letta lembut ditengah isak tangisnya. Ibu Letta tetap mencoba untuk tenang. Tapi Ibu Letta tetap tak bisa menyembunyikan isak tangisnya terhadap Kira.
Selama perjalanan pulang, semuanya terdiam. Aku diam, tak berbicara apa pun. Aku tak ingin menanyakan keadaanku kepada orang tua ku. Aku tau apa yang terjadi. Walaupun sekarang aku buta, ya buta! Aku bisa mendengar segalanya. Jika ingin dapat melihat, aku harus mendapatkan donor mata yang cocok untukku. Dan entah kapan itu akan terjadi.
Sesampainya dirumah, aku minta diantar ke kamar ku oleh bibi. Aku mengurung diri ku. Hanya bibi lah yang menemaniku. Aku memang sangat dekat dengan bibi. Bi Inah namanya. Dialah orang terdekat ku selain mama dirumah. Disekolah, aku mempunyai sahabat. Namanya Gracia. Hanya saja, sekarang dia sedang sibuk dengan Ujian Akhir Sekolah. Harusnya aku ikut ujian, namun apalah daya? Ingin aku bilang kepada mama, kalau aku tak ingin sekolah. Bagaimana bisa sekolah? Melihat pun aku tak bisa! Rasanya ingin sekali aku berteriak, melepaskan segala beban didiriku. Siapakah yang harus kusalahkan? Tuhan? Tak mungkin! Aku yakin, dibalik semua ini, Tuhan memberikan segala keindahannya untukku.
Aku buka mata ku perlahan. Sangat perlahan. Sekilas ku lihat cahaya, masih remang-remang memang. Semakin ku buka mata ku. Ku arahkan mata ku ke seluruh penjuru ruangan. Ah! Tuhan, terimakasih. Engkau mengabulkan doa ku. Ketakutanku hilang sudah. Mata ku sudah bisa melihat dengan jelas sekarang!
Setelah membuka perban mataku, mama mengajakku jalan-jalan ke salah satu mall. Mama mengajakku berbelanja. Menghilangkan segala kepenatanku selama seminggu hanya diam dikamar. Papa menyusulku di food court. Hari ini sungguh hari yang membahagiakan.
Kini setahun pun berlalu. Hari-hari indah yang penuh warna telah ku lewati. Kini pandangan ku tak lagi berwarna. Semua gelap. Ya, benar-benar gelap. Kemana pun aku memandang, semuanya gelap. Hitam.
"Dok.. kenapa sekarang anak saya tidak bisa melihat? Bukankah kecelakaan satu tahun yang lalu tidak membuat anak saya terluka parah? Jelaskan kepada saya dok.." racau Ibu Letta kepada sang dokter cantik. Dokter Nia, dokter yang dulu juga menangani anaknya.
"Begini bu, ternyata, karena senar biola yang cukup keras mengenai mata putri ibu, saya kira salah satu uratnya ada yang tergores. Maka dari itu mata Kira mengalami pendaharahan. Saya sudah memperingatkan, untuk melakukan check up selama 3bulan sekali. Tapi ternyata Kira tidak pernah melakukan check up. Hasil ronsen mengatakan bahwa urat bola mata Kira putus karena goresan itu. Kami tidak tahu bila itu berakibat sangat fatal. Hal ini akan dapat diantisipasi jika Kira melakukan check up. Kini, saya tidak bisa melakukan apa-apa selain pengoperasian." jelas dokter cantik muda itu panjang lebar. Ibu Letta hanya bisa menangis terisak melihat anaknya. Kini Kira menunggu diruang depan bersama bibi. Suami Ibu Letta mencoba menenangkannya. Putri semata wayangnya, yang menjadi harapannya, kini tak bisa melihat. Mereka hanya bisa meratapi nasib gadis nya itu. Bagaimana dengan masa depannya?
"Dok, kami akan lakukan apa saja demi anak kami bisa melihat lagi dok." ucap Pak Danniel, suami Ibu Letta, dan juga papa dari Kira.
"Untuk saat ini, kami harus menunggu ada yang mendonorkan mata. Bank mata tidak dapat kami harapkan, maka dari itu, kami harapkan bantuan dari Bapak Ibu untuk mencari donor mata untuk Kira. Maka kami dapat melakukan operasi secepatnya."
"Baiklah dok, terimakasih. Kami akan menghubungi dokter secepatnya." kata Pak Danniel sambil menjabat tangan dokter Nia. Ibu Letta masih tak bisa berhenti menangis. Air matanya terus tumpah. Putri kesayangannya harus mendapat cobaan seberat ini. Tuhan, bantu anakku.. ujarnya lirih dalam hati.
"Maa, mama kenapa nangis?" Kira yang mendengar papa dan mamanya keluar dari ruangan dokter dan suara mama yang terisak, ia berfikir, sesuatu yang sangat buruk pasti terjadi. Apakah mungkin aku takkan bisa melihat lagi?
"Mama ga kenapa-napa kok sayang, yuk kita pulang." ucap Ibu Letta lembut ditengah isak tangisnya. Ibu Letta tetap mencoba untuk tenang. Tapi Ibu Letta tetap tak bisa menyembunyikan isak tangisnya terhadap Kira.
Selama perjalanan pulang, semuanya terdiam. Aku diam, tak berbicara apa pun. Aku tak ingin menanyakan keadaanku kepada orang tua ku. Aku tau apa yang terjadi. Walaupun sekarang aku buta, ya buta! Aku bisa mendengar segalanya. Jika ingin dapat melihat, aku harus mendapatkan donor mata yang cocok untukku. Dan entah kapan itu akan terjadi.
Sesampainya dirumah, aku minta diantar ke kamar ku oleh bibi. Aku mengurung diri ku. Hanya bibi lah yang menemaniku. Aku memang sangat dekat dengan bibi. Bi Inah namanya. Dialah orang terdekat ku selain mama dirumah. Disekolah, aku mempunyai sahabat. Namanya Gracia. Hanya saja, sekarang dia sedang sibuk dengan Ujian Akhir Sekolah. Harusnya aku ikut ujian, namun apalah daya? Ingin aku bilang kepada mama, kalau aku tak ingin sekolah. Bagaimana bisa sekolah? Melihat pun aku tak bisa! Rasanya ingin sekali aku berteriak, melepaskan segala beban didiriku. Siapakah yang harus kusalahkan? Tuhan? Tak mungkin! Aku yakin, dibalik semua ini, Tuhan memberikan segala keindahannya untukku.
Langganan:
Postingan (Atom)